-->

Kajian Pemikiran Tokoh Orientalis dan Tujuannya

Kajian Pemikiran Tokoh Orientalis dan Tujuannya

Pendahuluan

Saat mendengar atau membaca kata ‘tokoh orientalis’, kira-kira apa yang ada di benak pembaca sekalian? Apakah semacam pemikiran tentang sederet nama tokoh-tokoh Barat yang melayangkan pandangan kontroversialnya terhadap Islam?

Meski kerap kontroversial, tetapi pemikiran orientalis beserta sedikit banyak bukankah telah menggugah rasa penasaran kita, tentang siapa mereka?

Kata orient,oriental, orientalis, dan orientalisme memang satu kesatuan yang saling terkait. Untuk lebih jelasnya, bisa simak uraian Pengertian orientalis, pembagian orientalis, serta sejarahnya sebagai berikut.

Pengertian Orientalis

Orient berarti timur, sementara oriental berarti geografis yang terletak di Timur. Dua kata tersebut sama-sama menunjuk pada tempat, yaitu Timur.

Orientalis adalah sebutan bagi ilmuwan atau tokoh Barat yang menekuni atau mengkaji ilmu ketimuran, baik itu dari sisi agama, bahasan, kebiasaan atau adat, sejarah, dan peradaban. Pelaku pengkajian di wilayar Timur itulah yang disebut orientalis.

Orientalisme merupakan suatu aliran, komunitas atau paham yang menjadikan wilayah timur beserta peradabannya sebagai objek kajian.

Jadi, jika orientalis adalah subjek (pengkaji), maka orientalisme adalah nama sebuah aliran yang mengkaji agama, bahasan, kebiasaan atau adat, sejarah, dan peradaban bangsa timur. Meskipun pada dasarnya orientalis didefinisikan sebagaimana diatas. Namun, belakangan ini orientalis lebih difahami sebagai sarjanawan barat yang mengkaji islam.

Pembagian dan Tujuan Orientalis

Dalam perjalanannya, orientalis juga memiliki perkembangannya masing-masing. Tidak serta merta selalu bertujuan untuk mendiskreditkan Islam, ada juga yang berdasar pada keinginan pribadi, dan ada pula yang berkeinginan untuk mencari kebenaran ilmiah. Atas perbedaan tujuan orientalis tersebut, terbagilah orientalis ke dalam beberapa ragam atau madzhab dalam menjalankan kajiannya terhadap Islam, yang dapat diklasifikasikan menjadi:

Orientalis subyektifis:

Orientalis subyektifis adalah orientalis yang mengkaji budaya ketimuran namun memiliki misi dan tujuan pribadi.

Kelompok orientalis yang suka menebar kisah bohong, tidak mengkaji ilmu, tetapi kerap mendiskreditkan Islam semau mereka.

Kelompok orientalis yang bekerja semata-mata demi kemajuan barat, baik dari segi politik, ekonomi, maupun tujuan lain.

Kelompok orientalis yang menganggap dirinya pengkaji ilmiah, tetapi malah menutup mata pada fakta sebenarnya, dan memupuk keraguan pada ajaran Islam.

Orientalis obyektifis:

Orientalis obyektifis adalah orientalis yang mengkaji budaya ketimuran dengan sikap obyektif sebagaimana seharusnya seorang peneliti.

Kelompok orientalis yang benar-benar berdiri atas dasar kebenaran ilmiah dan objektif, di antara mereka bahkan banyak yang masuk Islam. Adapun orientalis yang senantiasa memiliki persepsi positif terhadap Islam, di antara mereka bahkan ada yang sampai masuk Islam misalnya Emile Dermenghem, Charles Motagu Doughty, M, Julius Germanus, Gerald De Gaury, M. Marmaduke Pickthall, dan Rene Guenon, dan lainnya.

Kelompok orientalis yang berfokus hanya pada edukasi saja.

Sejarah Kajian Orientalis

Usai mengulas ragam orientalis, kini saatnya beralih pada objek kajian orientalis, yang ternyata dari masa ke masa mengalami perbedaan. Apa yang dikaji di abad satu belum tentu dikaji kembali di abad berikutnya. Diketahui, objek kajian orientalis juga tidak melulu tentang Islam. Kira-kira apa dan bagaimana pembagian kajian orientalis itu?

Pada abad ke- 18 M, objek kajian para orientaslis ditujukan pada catatan kritis filologis terhadap teks-teks dunia Timur yang kala itu masih tidak merasa penyebarannya, dan belum terorganisir dan melembaga secara sistematis.

Pada abad ke-19 M, objek kajian para orientaslis ditujukan pada kajian yang lebih sistematik dan terorgansir, seperti seni, kajian teks, sastra. Silvestre de Sacy dan lembaga Ecole adalah bukti pencapaian para orientalis ke arah yang lebih terstruktur.

Pada abad ke-20 M, orientalis turut andil dalam pelegalan imperealisme Barat atas Timur. Saat itu, kajian orientalis pun ditunggangi kepentingan politik. Pada abad inilah, sekolah dan universitas mulai melahirkan sosok sarjana-sarjana ahli ketimuran. Misalnya seperti School of Oriental and African Studies di Inggris. Komponen literatur seperti jabatan akademis dan penerbitan jurnal baru di Prancis pun mulai digelakkan. Hal serupa juga terjadi di Rusia, Italia, dan Jerman.

Kajian orientalis terhadap Isalm mulai digaunkan tahun 1927, dengan ditandai hadirnya Revue des etudes Islamiques ol pada tahun 1883-1962, karya Louis Massignon. Kemudian dilanjutkan jurnal karya Ignacz Goldziher pada tahun 1850- 1921, dan disusul oleh Christiaan Snouck Hurgronje di tahun 1857-1936.

Tokoh-tokoh Orientalis

1. Ignaz Goldziher

sebagai seorang tokoh orientalis, Ignaz dikenal dengan kritiknya yang menyatakan bahwa hadits tidak bisa dipertanggungjawabkan keasliannya. Menurutnya, hadits merupakan karangan muslim untuk memperkuat sekte atau aliran yang mereka anut.

2. Arthur jeffery

Arthur Jeffery merupakan sosok tokoh orientalis yang dikenal dengan kritiknya terhadap surah Al-Fatihah. Menurutnya, surah Al-fatihah bukan bagian dari Al-Quran. Apa dasar yang digunakannya dalam mengungkapkan kritik tersebut? Bagaimana tanggapan cendikiawan muslim dalam membantah teori Jeffery?

3. Abraham Geiger

Abraham Geiger adalah tokoh orientalis yang masyhur dengan gagasan bahwa Al-Quran telah diadaptasi dari tradisi yahudi. Apa dasar yang digunakannya dalam mengungkapkan argumen tersebut? Bagaimana tanggapan cendikiawan muslim dengan teori Geiger?

4. Richard Bell

Richard Bell merupakan tokoh orientalis yang dikenal dengan argumentasinya tentang teori nasikh mansukh. Namun, teori nasikh mansukh yang dikemukakan oleh Abraham Geiger agak berbeda dengan apa yang sudah dikenal dalam lingkup masyarakat muslim. Menurutnya, nasikh mansukh bukan lagi berarti menggantikan, melainkan merevisi untuk memperbaiki. untuk lebih jelasnya,

5. John Wansbrough

Tokoh orientalis selanjutnya adalah John Wansbrough. Kajian kritik yang dilakukan olehnya meliputi Al-Quran, Nabi Muhammad, dan juga peristiwa Isra' mi'raj. 

Meskipun tokoh-tokoh orientalis sudah dikenal dengan citra yang buruk di kalangan muslim, namun sebenarnya tujuan dan niat mereka berbeda-beda. Dengan itu, kita tidak boleh semena-mena menyamakan antara yang mempunyai tujuan murni penelitian dengan yang mempunyai bias tujuan buruk.

Sekian artikel dari kami, semoga dengan adanya tulisan ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan juga bisa menjadi referensi bagi yang membuat makalah orientalisme.

Artikel ini memiliki Referensi:

ORIENTALIS DAN ORIENTALISME DALAM PERSPEKTIF SEJARAH oleh H.Muhammad Bahar Akkase Teng (Departemen Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin)

STUDI ORIENTALIS TERHADAP ISLAM: DORONGAN DAN TUJUAN oleh Syukri Al Fauzi Harlis Yurnalis (UIN IB)

KAJIAN HUKUM ISLAM PERSPEKTIF ORIENTALISME oleh Rahman Ambo Masse (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare)