Habituasi Al-Quran Sebagai Metode Menghafal Al-Quran Cepat 6 Bulan Hatam (Studi di Ponpes Hamalatul Qur'an Jombang)
Ditulis oleh; Abdul Rahman Tsani
Pada umumnya, menghafal Al-Quran dikenal dengan proses yang sangat
lama. Setidaknya, butuh waktu 3 sampai 4 tahun untuk menyelesaikan hafalan 30
juz Al-Quran. Dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menghafal Al-Quran,
banyak hafidz yang tidak sempat menyisihkan waktu untuk belajar hal lain di
luar itu. Padahal, sangat disayangkan jika Al-Quran sekedar dihafal tanpa
mengetahui makna dan juga ilmu-ilmu yang lain.
Dalam menanggap hal tersebut, belakangan ini banyak kyai dan
pondok pesantren yang mengenalkan program cepat menghafal Al-Quran. Perlu
digaris bawahi, cepat dalam mengahafal Al-Quran bukan berarti jika sudah hatam
selesei prosesnya dan berhenti, bukan begitu. Dengan adanya metode tersebut,
para santri diharapkan bisa menyeleseikan hafalan dengan cepat dan kemudian
menekuni ilmu lain sambil menjaga hafalan Al-Qurannya. Salah satu metode
mengahafal Al-Quran cepat adalah Habituasi Al-Quran.
Habituasi Al-Quran adalah metode menghafal Al-Quran cepat yang
telah dikenalkan oleh KH. Ainul Yaqin di pondok pesantren hamalatul quran
jombang (HQ). Dengan metodenya tersebut beliau berhasil membimbing santri nya
untuk menyelesaikan hafalan dalam kurun waktu 6 bulan. Meskipun HQ dikenal
dengan proses menghafal yang cepat, sebenarnya pondok pesantren ini mempunyai
banyak program unggulan lainnya seperti Quran village, Pondok Pesantren salaf
HQ, Wadhil Quran dan lain-lain. Program-program itu hadir dengan harapan agar
santri bisa menekuni ilmu lain selain mengahafal Al-Quran.
Kembali ke pembahasan metode habituasi Al-Quran, berikut ini
adalah penerapan habituasi Al-Quran yang menjadi poin utama artikel ini dibuat.
Penerapan Habituasi Al-Quran di Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Jombang
Metode di Pondok
Pesantren Hamalatul Qur’an dikenal dengan
sebutan habituasi Al-Qur`an dimana para peserta didik dilatih untuk membiasakan diri
berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan, diantarainya :
1.
sholat tahajjud
berjama’ah dengan maqro’ setengah juz (khatam dalam dua bulan).
2.
sholat shubuh berjama’ah
dilanjutkan muroqobah seperempat Juz (khatam dalam empat bulan).
3.
sholat dhuha berjama’ah
dengan maqro’ setengah juz (khatam dalam dua bulan).
4.
Muroqobah lima juz, santri membaca
al-Qur’an binnadhor lima juz,(enam hari khatam).
5.
dzikrul Qur’an satu juz setelah dzuhur
dan ashar (setengah bulan hatam).
6.
bimbingan fashohah
intensif setelah maghrib.
7.
Setoran bin nadzor/bil ghiob.
Jika diakumulasikan, total keseluruhan setiap santri berinteraksi dengan
al-Qur’an sekitar dari sepuluh juz
di setiap harinya, dengan berbagai bentuk interaksi, adakalanya dengan membaca binnadhar,
bilghoib, menyimak, setoran, dan lain-lain. Banyaknya interaksi dengan Al-Quran
menimbulan dampak positif yang akan kami bahas pada poin berikut ini.
Hasil Penerapan Habituasi Al-Quran
Setelah
menerapkan aktifitas-aktifitas positif di pondok pesantren Hamalatul qur`an
dengan metodenya yang sering disebut dengan habituasi Al-Qur`an, karakter
santri akan terbentuk, ayat-ayat yang telah dibaca setiap harinya akan tertanam
dalam memori santri dan juga kecerdasan santri akan meningkat. Berikut ini
penjelasannya:
a.
Gambar atau Spasial
(Visual-Spatial Intelligence).
Setelah santri dilatih untuk
membiasakan diri berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan akan
timbul sebuah efek memori tulisan-tulisan ayat dan posisi-posisinya.
b.
Verbal-Bahasa (Verbal-
linguistic) .
Setelah para santri dilatih untuk
membiasakan diri berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan akan
timbul sebuah efek reflek bacaan yang baik. Dalam hal ini dapat kita ambil
contoh seseorang yang hampir hafal surat yasiin, hal tersebut adalah efek
positif dari sering membaca surat yasiin saat acara yasiinan.
c.
Spiritual (Existensial
Intelligence)
Setelah para santri dilatih untuk
membiasakan diri berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan, jiwa spiritual akan terus meningkat seiring
banyaknya ayat Al-Qur’an yang dibaca.
d.
Kecerdasan Musik (Musical
Intelligence)
Setelah para santri didik dilatih
untuk membiasakan diri berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan
akan timbul musical
intelligence. Musical intelligence yakni mampu menirukan irama bacaan
Al-Qur’an pemimpin kegiatan atau menirukan irama imam sholat.
Analisis Hasil Santri Hamalatul Qur’an
Hasil
wawancara |
||||
Narasumber
|
Visual-Spatial Intelligence |
Verbal- linguistic |
Existensial Intelligence |
Musical Intelligence |
Santri
A (nama samara) |
40% |
40% |
80% |
80% |
Santri
B (nama samara) |
25% |
35% |
75% |
40% |
Santri
C (nama samara) |
35% |
45% |
85% |
30% |
·
Santri
A
Setelah melakukan
wawancara dengan santri A yang mengikuti program habituasi di pondok pesantren
Hamalatul qur`an. Kita memperoleh sebuah data tentang pengaruh dan hasil
penerapan program habituasi. Selama mengikuti program tersebut dalam kurun
waktu 6 bulan tertanam dalam ingatan Visual-Spatial Intelligence
40%, Verbal- linguistic 40%, Existensial
Intelligence 80%, Musical
Intelligence 80% dan
menyelesaikan hafalannya dalam kurun waktu 10 bulan (1 tahun kurang).
·
Santri
B
Setelah melakukan wawancara dengan
santri B yang mengikuti program habituasi di pondok pesantren Hamalatul qur`an.
Kita memeperoleh sebuah data tentang pengaruh dan hasil penerapan program
habituasi. Selama mengikuti program tersebut dalam kurun waktu 6 bulan tertanam
dalam ingatan Visual-Spatial Intelligence
25%, Verbal- linguistic 35%, Existensial
Intelligence 75%, Musical
Intelligence 40% dan
menyelesaikan hafalannya dalam kurun waktu 14 bulan (1 tahun lebih 2 bulan).
·
Santri
C
Setelah melakukan wawancara dengan
santri C yang mengikuti program habituasi di pondok pesantren Hamalatul qur`an.
Kita memeperoleh sebuah data tentang pengaruh dan hasil penerapan program
habituasi. Selama mengikuti program tersebut dalam kurun waktu 6 bulan tertanam
dalam ingatan Visual-Spatial Intelligence
35%, Verbal- linguistic 45%, Existensial
Intelligence 85%, Musical
Intelligence 30% dan
menyelesaikan hafalannya dalam kurun waktu 6 bulan (1 tahun kurang).
Analisis latar belakang untuk
mengetahui sebab terjadinya perbedaan waktu menghafal
Setelah usai wawancara. Terdapat perbedaan
kurun waktu menghafal mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa disebabkan
banyak, hal salah satunya latar belakang mereka.
·
Santri
A
Santri A mempunyai latar belakang lulusan
pondok modern dan memahami Bahasa arab. Tentunya latarbelakang dia bisa
menunjang agar dapat lebih cepat dalam menghafal dikarenakan bisa memahami
sebagian ayat yang dihafalnya.
·
Santri
B
Santri B
mempunyai latar belakang lulusan SMK merasa bahwa dirinya mulai menghafal
Al-Quran dari nol saat mondok di Hamalatul Quran.
·
Santri
C
Sedangkan santri
C yang lulusan pondok modern dan pernah menghafal sebagian surat-surat panjang
mempunyai keunggulan lebih yang dapat menunjang dalam proses cepatnya menghafal
Al-Quran.
Selain faktor
latar belakang, masih banyak faktor yang bisa menjadi pendukung ataupun
penghambat dalam proses menghafal Al-Quran. Berikut adalah penjelasannya:
Faktor Psikologi Dalam Menghafal Al-Quran
Keadaan
psikologis yang sejahtera dapat digambarkan dengan seseorang
yang mampu menerima bagaimana dirinya, mampu
membentuk hubungan sosial yang baik
dengan orang lain, mampu mengontrol lingkungan, memiliki kemandirian, dan mampu
mengembangkan bakat maupun kemampuan yang dimilikinya untuk mengembangkan diri
dalam mencapai tujuan hidup. Terlepas dari berbagai pengalaman setiap
seseorang, kesejahteraan psikologi seseorang bersifat subjektif tergantung pada
standar yang dimiliki seseorang.
Gambaran
kesejahteraan psikologi
a.
Penerimaan diri
Seseorang
mampu menerima kekurangan dan kelebihan dirinya. Adapun jika terdapat
kekurangan sesorang mampu mengevaluasi diri secara positif, dan jika menyadari
kelebihan dirinya dia mampu memkasimalkannya.
b.
Otonomi
Seseorang
meyakini dan memegang teguh prinsip pribadinya, mampu mandiri dalam mengambil
keputusan tanpa terpengaruh orang lain dan mampu bertahan dengan tekanan
sosial.
c.
Tujuan hidup
Seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas dan merasakan perkembangan diri dari waktu ke waktu.