-->

Tafsir Tentang Menuntut Ilmu, Kajian Tafsir Tarbawi Surah Al-Kahfi

Tafsir Tentang Menuntut Ilmu, Kajian Tafsir Tarbawi Surah Al-Kahfi

Abstrak

Seiring bertumbuhnya dunia digital yang semakin pesat, penyebaran informasi sangat sulit untuk dibendung. Dampak dari keadaan tersebut mengakibatkan budaya masyarakat yang bercampur aduk, bahkan banyak masyarakat yang menerapkan budaya luar dan tidak mengerti budaya yang mereka miliki sendiri. Salah satu budaya yang mulai ditinggalkan adalah etika yang telah diajarkan oleh agama islam. Melalui artikel ini, penulis bertujuan menyampaikan tafsir tentang menuntut ilmu terkhusus etika dan moral peserta didik sesuai dengan kajian tafsir tarbawi dari surah Al-Kahfi. Pada artikel ini, peneliti menggunakan metode penelitian library research dengan menggunakan metode analisis deskriptif, hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang juga menyampaikan nilai-nilai etika di dalamnya.

Keyword : Tafsir tarbawi, surah Al-Kahfi, Tafsir tentang menuntut ilmu

Pendahuluan

Dewasa ini merupakan era dimana dunia digital telah sangat berkembang. Dampak dari kejadian tersebut memiliki nilai yang positif dan juga negatif. Sebagai pelajar, pencarian dan pemanfaatan informasi sangat dibantu dengan adanya kemajuan dunia digital. Namun, hal itu bukan berarti selalu membuahkan hasil yang positif. Kemudahan dalam mendapatkan informasi jadi tidak bisa terbendung, budaya dan pemikiran dari beranekaragam komunitas bercampur aduk dalam dunia digital. Sehingga masyarakat sulit untuk membedakan dan menyaring informasi yang mereka terima. Dampak dari itu menyebabkan budaya luar yang buruk masuk kemudian ditiru oleh masyarakat muslim dan melupakan budaya yang dimiliki. Agama islam memiliki budaya tersendiri dalam menjalani kehidupannya, termasuk budaya etika dan moral ketika menimba ilmu. Dalam dunia pendidikan, guru memiliki kewajiban untuk menyampaikan dan mendidik peserta murid agar mengerti bagaimana etika dan moral dalam menimba ilmu dan itu semua telah ada di tafsir tarbawi, tafsir tentang menuntut ilmu.

 Al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang digunakan khususnya masyarakat muslim. Al-Qur’an banyak memuat nilai-nilai yang bisa diterpakan pada kehidupan sebagai masyarakat muslim. Nilai-nilai tersebut bukan hanya tentang syariat dan pedoman beragama, Al-Qur’an memuat lebih dari itu. Banyak aspek kehidupan yang disinggung di dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah aspek pendidikan. Salah satu poin yang disampaikan oleh Al-Qur’an terkait pendidikan adalah etika dan moral ketika menimba ilmu (tafsir tentang menuntut ilmu). Namun, sebab Al-Qur’an memiliki gramatikal bahasa yang asing maka dibutuhkan kajian tersendiri dalam memahaminya. Tafsir adalah cabang ilmu yang berusaha memahami makna dari Al-Qur’an.

Sebagaimana masyarakat muslim yang seharusnya memahami dan menerapkan etika dan moral yang diajarkan oleh agama islam melalui Al-Qur’an dan hadits. Dengan latar belakang yang sudah disebutkan diatas, penulis bermaksud menyampaikan etika dan moral peserta didik berdasarkan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an pada surah Al-Kahfi malalui artikel yang berjudul “Tafsir Tentang Menuntut Ilmu, Kajian Tafsir Tarbawi Surah Al-Kahfi”

Pembahasan

Etika dan Moral Peserta Didik, 

Etika menurut Bertens adalah cabang ilmu yang mempelajari adat dan kebiasaan, termasuk didalamnya moral yang mengandung nilai-nilai norma dan menjadi tolak ukur tingkah laku seseorang, etika sebagai kesadaran seseorang dalam mempertimbangkan moral yang rasional menyangkut keharusan memilih hal yang harus dilakukan ketika dihadapkan sebuah masalah nyata. Pilihan yang diputuskan seseorang harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral pada diri dan lingkungannya. Dengan demikian, etika bisa dimaknai sebagai salah satu cabang ilmu filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menetukan nilai baik atau buruknya perbuatan tersebut menurut akal.

Moral menurut Frans Magnis Suseno adalah tolak ukur untuk menentukan betul salahnya perilaku manusia dilihat dari segi betul salahnya sebagai manusia dan bukan pelaku peran tertentu dan terbatas. Moral adalah nilai yang dijadikan pedoman atau tolak ukur sebagai penentuan baik buruknya perbuatan manusia dalam suatu lingkup masyarakat. sehingga penentuan nilai baik buruknya perbuatan disesuaikan dengan adat yang dianut oleh masyarakat yang meliputi suatu kesatuan sosial dan lingkungan tertentu.

Perilaku manusia memiliki perbedaan yang beraneka ragam. Segala perilaku yang dilakukan tersebut pada dasarnya bersumber dari dua hal yakni pengaruh dari diri sendiri dan pengaruh dari luar atau motivasi. Hal tersebut memiliki beberapa faktor yakni;

  • Naluri (insting)

Insting adalah kemampuan yang telah dimiliki manusia sejak lahir dan berasal dari hati naruni manusia tersebut. Meskipun insting melekat pada diri seseorang sejak lahir, namun insting bisa dilatih dan dididik agar bisa menghasilkan perilaku etika yang baik. Pendidikan merubah etika yang sudah menjadi kebiasaan sejak lahir membutuhkan waktu yang cukup panjang dan tekad dari seorang terkait.

  • Kebiasaan

Kebiasaan adalah setiap perilaku atau tindakan yang sama dan dilakukan secara terus menerus (berulang-ulang)  sehingga menjadi kebiasaan. Semua perbuatan yang dilakukan manusia memiliki kecenderungan hati, kecenderungan suka tidaknya terhadap tindakan yang dilakukan. Jika perbuatan yang dilakukan memiliki kecenderungan tidak suka untuk melakukannya, ketika dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan dan mudah untuk dilakukan.

 Dalam dunia pendidikan, guru adalah seseorang yang bertanggungjawab terhadap pengembangan etika dan moral peserta didik. Imam Al-Ghozali menyampaikan bahwasannya ketika sorang guru mengajarkan dan menyampaikan ilmu pengetahuan hendaknya dengan hikmah, bijaksana, dan juga arif. Pada hakikatnya tujuan yang sangat penting dalam pengajaran peserta didik adalah mengubah naluri dan kebiasaan peserta didik dalam beretika. Dengan demikian, adanya pendidikan diarahkan pada pertumbuhan etika dan moral baik peserta didik.

Kajian tafsir tarbawi surah Al-Kahfi, tafsir tentang menuntut ilmu

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi edukatif antara peserta didik dan juga guru. Dalam dunia pendidikan, tidak semua peserta didik telah memiliki etika dan moral yang baik. Adanya guru sebagai penolong dalam membangun perubahan pada hal tersebut. Jika dilihat dari tafsir surah Al-Kahfi dengan pendekatan tafsir tentang menuntut ilmu, Al-Qur’an menyampaikan dan mangajarkan etika dan moral peserta didik sebagai berikut;

  •  Nilai rendah diri

Dalam kitab tafsirnya Ibnu Katsir menjelaskan tafsir tentang menuntut ilmu pada surah Al-Kahfi ayat 65 dengan sebuah hadits sebagai berikut;

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: إِنَّ مُوسَى قَامَ خَطِيبًا فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ فَسُئِلَ: أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ؟ قَالَ: أَنَا، فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ إِنَّ لِي عَبْدًا بِمَجْمَعِ البحرين هو أعلم منكقال مُوسَى: يَا رَبِّ وَكَيْفَ لِي بِهِ؟ قَالَ: تأخذ معك حوتا فتجعله بِمِكْتَلٍ، فَحَيْثُمَا فَقَدْتَ الْحُوتَ فَهُوَ ثَمَّ، فَأَخَذَ حُوتًا فَجَعَلَهُ بِمِكْتَلٍ،.

Rasulullah saw bersabda; “sesungguhnya nabi musa pernah berdiri memberikan ceramah kepada bani israil, lalu beliau ditanyai; ‘siapakah orang yang paling banyak imunya?’. Beliau menjawab; ‘aku’. Maka Allah swt mencelanya, karena beliau belum diberi ilmu olehnya. Lalu Allah mewahyukan kepadanya;’sesungguhnya aku mempunyai seorang hamba yang berada di tempat pertemuan dua laut, yang ia lebih berilmu dari pada dirimu. Nabi Musa berkata;’ya Rabbku bagaimana aku bisa menemuinya?’. Allah swt berfirman; ‘pergilah dengan membawa seekor ikan, dan letakkan ia ditempat penimbunan. 

Pada hadits yang dicantumkan oleh ibnu katsir ketika menjelaskan surah Al-Kahfi ayat 65, Allah mencela sikap Nabi Musa saw ketika menganggap bahwa beliau adalah orang yang paling tahu. kemudian Allah memberikan perintah untuk bertemu kepada seorang yang akan menjadi guru Nabi Musa yakni Nabi Khidir.

  • Nilai kesabaran sebagai peserta didik

    Al-Qur’an menyampaikan nilai-nilai tafsir tentang menuntut ilmu atas kesabaran dalam belajar melalui surah Al-kahfi ayat 60-61yang berbunyi;

﴿ وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا ٦٠ فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا ٦١ ﴾

Terjemah Kemenag 2019;

60.  (Ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya,“Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.” 61.  Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lupa ikannya, lalu (ikan mereka) melompat mengambil jalan ke laut itu.

Ibnu katsir menjelaskan ayat tersebut sebagai berikut;

وَذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ قَدْ أُمِرَ بِحَمْلِ حُوتٍ مَمْلُوحٍ مَعَهُ، وَقِيلَ لَهُ: مَتَى فَقَدْتَ الْحُوتَ، فَهُوَ ثَمَّةَ

Penjelasan;

Hal itu karena nabi musa as. telah diperintahkan untuk membawa ikan yang sudah diasini. Dan dikatakan kepadanya “kapan kamu kehilangan ikan itu, maka disanalah orang berilmu itu berada”. Perjalanan  tersebut dilakukan oleh Nabi musa atas dasar ingin serta perintah bertemu dan mengikuti Nabi khidir agar bisa memperoleh pelajaran. 

  • Nilai sopan santun

Al-Qur’an menyampaikan nilai-nilai sopan santun melalui surah Al-kahfi ayat 70 yang berbunyi;

﴿ قَالَ فَاِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْـَٔلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتّٰٓى اُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا ࣖ ٧٠ ﴾

Terjemah Kemenag 2019;

70.  Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang apa pun sampai aku menerangkannya kepadamu.”

Pada ayat tersebut, sebagai guru Nabi Khidir memberikan syarat yakni tidak diperbolehkan bertanya sampai beliau menerangkannya sendiri. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa pertanyaan seorang peserta didik sebelum gurunya memberikan kesempatan merupakan perilaku yang keluar dari nilai etika sopan santun.

Kesimpulan

Definisi tafsir tarbawi sendiri adalah tafsir yang menggunakan pendekatan pendidikan. Dengan begitu, ayat-ayat Al-Quran yang disorot dengan tafsir tarbawi cenderung mengarah kepada tafsir tentang menuntut ilmu atau tafsir tentang pendidikan. Melalui surah Al-Kahfi, Allah memberikan petunjuk terkai nilai-nilai yang harus dilaksanakan ketika menuntut ilmu.

Daftar Pustaka


Muhammad Qorib dkk., “Integrasi Etika Dan MOral,” Kumpulan Buku Dosen 1, no. 1 (2019), http://publikasiilmiah.umsu.ac.id/index.php/publikasiilmiah/article/view/1008.

Qorib dkk.

Siti Rukhayati, STRATEGI GURU PAI DALAM MEBINA KARAKTER PESERTA DIDIK SMK AL FALAH SALATIGA (LP2M Press IAIN Salatiga, 2019).

Anita Fauziah dan Ahmad Syamsu Rizal, “IMPLIKASI EDUKATIF KISAH NABI MUSA DAN NABI KHIDIR DALAM QS. AL-KAHFI/18: 60-82,” TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education 6, no. 1 (24 Mei 2019): 33–43, https://doi.org/10.17509/t.v6i1.19467.

 ابن كثير، اسماعيل بن عمر., Ṣafī al-Raḥmān. Mubārakfūrī, dan Ismāʻīl ibn ʻUmar Ibn Kathīr, Tafsir Ibn Kathir: (Abridged), 1st ed, Misḅāh ̣al-Munīr Fī Tahdhīb (Riyadh: Darussalam, 2000).

Abdullah Muhammad, Terjemah tafsir ibnu katsir (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008).

Jamilatun Nimah, Muhammad Hanif, dan Ika Anggraheni, “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH NABI KHIDIR DAN NABI MUSA (Telaah Q.S Al-Kahfi: 60-82),” Vicratina : Jurnal Ilmiah Keagamaan 4, no. 4 (16 Juli 2019): 168–80.

ابن كثير، اسماعيل بن عمر., Mubārakfūrī, dan Ibn Kathīr, Tafsir Ibn Kathir.

Muhammad, Terjemah tafsir ibnu katsir.